Jokowi Singgung 'Propaganda Rusia' dan Dugaan Intervensi Pemilu

BeritakuDotCom, Karanganyar - Presiden Joko Widodo kembali menjadi sorotan karena menyinggung soal "propaganda Rusia" saat berkampanye di Karanganyar, Jawa Tengah, pada Minggu (3/2).

Dalam kutipan pidatonya, Jokowi menyinggung bahwa ada tim sukses yang menggunakan gaya propaganda Rusia dalam kampanye saat ini.

Jokowi menjelaskan teori propaganda Rusia dilakukan dengan menyebarkan kebohongan sebanyak-banyaknya sehingga membuat masyarakat ragu.

baca juga : Sebut Nagita Slavina Tak Bisa Diatur, Raffi Ahmad: Dia Tuh Ratu

Propaganda tersebut, kata Jokowi, yang akan memecah belah rakyat. Namun, ia tak menjelaskan lebih lanjut maksud pernyataannya dan tim sukses mana yang ia maksud.

Dugaan Kolusi Rusia-Trump
Moskow memang kerap diduga ikut campur dalam proses pemilihan umum suatu negara. Salah satu kasus yang paling menyedot perhatian adalah dugaan Kremlin berkolusi dengan Donald Trump untuk membantunya menang dalam pilpres Amerika Serikat pada 2016 lalu.

Badan Intelijan Pusat AS (CIA) bahkan sudah menyimpulkan Rusia ikut campur dalam pemilu tersebut demi memenangkan Trump.

Dugaan kolusi tersebut memicu penyelidikan yang dipimpin langsung oleh jaksa khusus AS, Robert Mueller, sejak Mei 2017 lalu. Hingga kini, sekitar 34 orang yang berkaitan dengan Trump dan tim kampanyenya telah didakwa.

baca juga : Beredar Video Bantahan Pria di Pematang Siantar Coba Bunuh Diri Ajak 2 Anak

Namun, sejauh ini Mueller belum mengeluarkan tuntutan yang menuduh kolusi secara langsung antara tim kampanye Trump-Rusia.

Peretasan Sistem Komputer Demokrat
Dalam upaya pemenangan Trump ini, Rusia juga diduga membobol sistem komputer Partai Demokrat.

Sejumlah peretas yang berafiliasi langsung dengan intelijen Rusia (GRU) disebut meretas sistem komputer Komite Nasional Demokrat (DNC) dan Komite Kampanye Kongres Demokrat (DCCC).

baca juga : Dul Jaelani Gantikan Sang Ayah di Konser Reuni Dewa 19

Para peretas juga turut membobol sistem surat kabar ketua tim kampanye Hillary Clinton yang merupakan rival Trump dalam pemilu, John Podesta. Hal itu membuat puluhan ribu surel pribadi antara Clinton dan Podesta bocor ke publik setelah diungkap oleh Wikileaks di masa-masa akhir kampanye.

Penyebaran Hoaks
Selain menyasar citra para politikus, intervensi Rusia juga menargetkan para pemilih AS. Agen-agen Rusia disebut menggunakan seluruh platform media sosial untuk memenangkan Trump.

Salah satu badan riset internet berbasis di Saint Petersburg disebut menciptakan ribuan akun palsu di berbagai media sosial menyamar sebagai warga AS.

baca juga : Atta Halilintar Ungkapkan Sisi Gelap Masa Lalu keluarga

Akun-akun itu menggaungkan dukungan terhadap kelompok radikal hingga merencanakan demo yang mampu menjangkau jutaan pengguna medsos di AS antara 2013-2017 lalu.

Menurut dakwaan Mueller, para pengguna medsos palsu itu menyebarkan berita palsu yang memicu ketidakpercayaan terhadap kandidat dan sistem politik secara umum.

baca juga : Trauma, Siswi SD Dihukum Push-Up karena Belum Bayar SPP Tak Mau Bicara

Dilansir The New York Times, agen Rusia disebut membuat sedikitnya 25 situs yang menargetkan kaum sayap kanan untuk mendukung Trump. Situs-situs itu diikuti oleh sekitar 1,4 juta orang.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.